Tanamkan Disiplin sejak Kecil

MASA libur sekolah menjadi saat yang tepat berkumpul bersama keluarga. Tapi aktivitas libur anak perlu Anda arahkan. Sebab, jika orangtua salah mengarahkan, hasilnya sang anak pun hanya bermalas-malasan di rumah.

Apa yang anak Anda lakukan saat liburan? Bagi anak yang berasal dari kalangan berada, pergi berlibur ke luar kota atau bertamasya ke objek wisata mungkin menjadi pilihan favorit. Namun, tidak demikian halnya dengan anak yang orangtuanya berpenghasilan pas-pasan.

Ditambah krisis global yang membuat perekonomian terpuruk, berlibur di rumah pun menjadi satu-satunya pilihan. Meski demikian, jika orangtua tidak pandai mengarahkan buah hatinya, bisa jadi liburan di rumah hanya diisi dengan bermalas-malasan.

Apalagi, anak kerap mengidentikkan liburan dengan kebebasan, baik itu bebas nonton TV, bebas main playstation, bebas dari kegiatan belajar, atau bebas tidur larut malam, dan bangun siang karena tidak ada keharusan untuk masuk sekolah. Nah, walau liburan sekolah tinggal lima hari lagi tak berarti orangtua terlambat mengingatkan anak untuk tetap disiplin dan bertanggung jawab saat libur.

Hal ini penting agar si anak jauh lebih siap menyongsong tibanya waktunya berjibaku dengan kegiatan belajar di sekolah kembali. Untuk menghilangkan imbas negatif dari masa liburan yang cukup panjang dari aktivitas sekolah, Associate dari Surindo Consultant, Sri Ratna Sulistiantini Psi menganjurkan agar orangtua membuat kegiatan positif selama liburan.

Misalnya, orangtua dan anak saling mendekatkan diri dengan melakukan kegiatan bersama yang dapat mengoptimalkan perkembangan anak, merangsang pola berpikir, memperluas pengetahuan dan wawasan, serta mendekatkan anak dengan alam dan suara.

Dalam hal kedisiplinan, lingkungan dan orangtua harus bisa memotivasi anak untuk tetap melakukan aktivitas rutin harian seperti bangun pagi, membantu menyiapkan sarapan, dan merapikan tempat tidur sendiri. Sementara itu, konsultan sejumlah preschool di Jakarta, Lely Tobing mengemukakan, konsep kedisiplinan hendaknya disesuaikan dengan usia anak.

Untuk anak yang masih kecil tidak bisa diterapkan hal-hal terlalu ketat. Dari segi sosial emosional, anak usia kurang dari tiga tahun juga cenderung masih egosentris. “Saat menginjak usia empat tahun, orangtua bisa mulai membangun ke arah kedisiplinan, seperti dikenalkan jam tidur dan merapikan tempat tidur sendiri,” paparnya.

Tak kalah penting adalah tanggung jawab. Dr Marvin Marshall, seorang konsultan dan penulis di sebuah surat kabar elektronik di Amerika Serikat berpendapat, saat liburan orangtua sering kali hanya memikirkan soal hadiah apa yang akan diberikan pada putra-putrinya.

“Padahal ada hadiah yang tak ternilai harganya dan akan berguna hingga akhir hayat anak-anak kita, yaitu tanggung jawab,” kata Marshall seperti dikutip dalam presentasi bertajuk How to Promote Responsibility.

Menurut dia, ada beberapa cara menanamkan tanggung jawab dan disiplin saat liburan tanpa membuat anak stres, tanpa hukuman atau pemberian hadiah.

Pertama, usahakan selalu mengatakan dengan bahasa yang positif. Misalkan: “Kalau kamu bisa menyelesaikan PR-mu dengan cepat, maka kamu bisa segera pergi”. Ini akan lebih efektif ketimbang mengatakan: “Kalau kamu tidak mengerjakan PR-mu, maka kamu tidak boleh pergi,”.

Jadi setiap perkataan dan tindakan hendaknya dilandasi dengan kebijakan. Kedua, tawarkan pilihan. Pilihan memang bisa dibatasi, tapi dengan sering melatih anak untuk memilih, maka dia juga akan semakin bertanggung jawab, terutama terhadap pilihannya itu. Ketiga, berhati-hatilah dengan pertanyaan “mengapa?”.

Dalam pertanyaan tersebut terkandung makna “mengemukakan alasan”, menjadi korban, atau menghindari tanggung jawab. Ketika anak merasa terdesak, dia bisa mengemukakan alasan yang tidak benar (berbohong) untuk melindungi dirinya dari rasa bersalah.
Keempat, jadilah pendengar yang baik. Orangtua hendaknya mencoba mengerti dan mendengarkan keluhan anak tanpa menginterupsi. “Mengunci mulut” saat anak bercerita mungkin agak berat, tapi ini adalah cara tepat meningkatkan komunikasi. Walau bagaimanapun anak-anak juga butuh untuk curhat, maka jadilah pendengar yang baik sehingga mereka bisa mencontohnya.

Kelima, kemukakan keinginan Anda sebagai orangtua. Beri kesempatan pada anak untuk menolong Anda, karena anak-anak tumbuh dengan memberi.




    Leave a comment

    This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.


  • sadamantra.com - situs informasi tanaman dan kesehatan
  • Twitter Updates

  • arsip

  • statistik blog

    • 3,152,250 visitor